Makna Merdeka: Perspektif Epistemologis, Pemikir Dunia, Pendiri Bangsa, dan Islam

Senin 18-08-2025,15:29 WIB
Reporter : Klendi
Editor : Klendi

RADARTASIKTV.ID - Dokumen ini membahas makna 'merdeka' berdasarkan kajian epistemologis, pandangan para pemikir dunia, para pendiri bangsa Indonesia, serta perspektif Islam.

Selain itu, disajikan perbandingan makna dalam tabel dan narasi penutup yang diperkaya dengan  kutipan dalam bahasa Sunda buhun.  

1. Epistemologi Kata Merdeka

Secara etimologis, kata 'merdeka' berasal dari bahasa Sanskerta: maharddhika ( महर्द्धिक ) yang  berarti kaya, sejahtera, berdaya, dan berkuasa atas dirinya sendiri.

BACA JUGA:Pekan QRIS Nasional 2025, Bank Indonesia Ajak Seluruh Lapisan Masyarakat Priangan Timur Gunakan QRIS

BACA JUGA:Insiden Bentrok Antar Warga Saat Karnaval Agustusan di Kecamatan Indihiang Berakhir Damai

Dalam bahasa Melayu klasik, 'merdeka' diartikan sebagai bebas dari perbudakan. Dalam perkembangan modern, 'merdeka' merujuk pada keadaan bebas dari belenggu kekuasaan luar baik dalam bentuk kolonialisme, penindasan, maupun dominasi atas kehendak pribadi atau kolektif suatu bangsa.  

2. Merdeka Menurut Pemikir Dunia

Aristoteles: kebebasan (eleutheria) adalah kemampuan manusia untuk mengatur dirinya  sendiri dalam polis, tanpa tirani.

Rousseau: manusia terlahir bebas, kemerdekaan berarti tunduk hanya pada hukum yang  ia tetapkan sendiri bersama rakyat.

John Locke: kebebasan adalah hak kodrati manusia untuk hidup, bebas, dan memiliki  properti.

Immanuel Kant: kebebasan adalah kondisi di mana manusia bertindak berdasarkan akal  budi dan hukum moral dalam dirinya.

Mahatma Gandhi: kemerdekaan sejati (swaraj) adalah kemampuan bangsa dan individu  untuk mengendalikan dirinya.

Abraham Lincoln: kebebasan adalah kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk  berkembang sejauh mungkin.  

BACA JUGA:Jalan Tentara Pelajar Banjir, Pemkot Banjar Normalisasi Saluran, Sedimentasi dan Sampah Jadi Penyebab Utama

BACA JUGA:Mesin Cathlab RSUD Soekardjo Nganggur Selama 7 Tahun, Saat Mesin Tiba Belum Ada Dokter Spesialis Kompeten

3. Merdeka Menurut Para Pendiri Bangsa Indonesia

Soekarno: kemerdekaan berarti bebas menentukan nasib sendiri, berdiri sejajar dengan  bangsa lain, berkepribadian dalam kebudayaan.

Mohammad Hatta: kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan  makmur.

Soepomo: merdeka adalah kondisi di mana bangsa dapat mengatur dirinya sendiri dengan  semangat kekeluargaan.

Ki Hajar Dewantara: merdeka berarti berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan  mampu mengatur hidup dengan tanggung jawab.

Tan Malaka: kemerdekaan adalah syarat mutlak untuk mencapai keadilan sosial.

4. Merdeka Menurut Islam

Dalam Islam, merdeka (hurriyah) berarti kebebasan manusia dari perbudakan sesama  makhluk, penindasan, hawa nafsu, dan hanya tunduk kepada Allah. Al-Qur’an menegaskan:

Tidak ada paksaan dalam agama' (QS. Al-Baqarah [2]:256). Ali bin Abi Thalib berkata:  'Janganlah engkau menjadi hamba bagi orang lain, padahal Allah telah menciptakanmu  merdeka.'

5. Perbandingan Makna Merdeka:

Merdeka bukanlah sekadar terbebas dari penjajahan fisik, melainkan juga sebuah  kesadaran dan keadaan batiniah. Dari para pemikir dunia, kemerdekaan dipahami sebagai  hak kodrati.

BACA JUGA:Pentahelix Dilibatkan Dalam Gotong Royong Beberesih Lembur, Membangun Kewilayahan Menjadi Tugas Bersama

BACA JUGA:Jalan Tentara Pelajar Banjir, Pemkot Banjar Normalisasi Saluran, Sedimentasi dan Sampah Jadi Penyebab Utama

Dari para pendiri bangsa, ia adalah jembatan emas menuju kesejahteraan. Dari  perspektif Islam, kemerdekaan hakiki adalah ketika manusia hanya tunduk kepada Allah  dan bebas dari kezaliman. Dengan demikian, kemerdekaan adalah nilai universal yanG  selalu terkait dengan tanggung jawab moral.

Sebagaimana ungkapan kearifan Sunda buhun:

“Merdeka téh lain ukur leupas tina panceng, tapi leupas tina sagala nu ngabeungkeut batin,  supaya manusa bisa nangtung sorangan kalayan daria jeung budi.”

Penulis:  Demi Hamzah Rahadian

 

 

Kategori :