RADAR TASIK TV – Penyerang Juventus, Federico Chiesa, senang Italia tidak menjadi tim unggulan menjelang laga pembuka menghadapi Albania pada Minggu, 16 Juni pukul 02.00 WIB di Stadion Signal Iduna Park.
Dalam wawancara dengan UEFA.com, Federico Chiesa berbicara tentang cedera ligamen yang dialaminya setelah membawa Italia menjadi juara EURO 2020.
Chiesa menegaskan bahwa tujuannya di EURO 2024 Jerman adalah untuk membuktikan kemampuannya setelah hanya menjadi pemain cadangan di Juventus saat dilatih Allegri musim lalu.
Chiesa juga mengakui banyak yang meragukan Italia kali ini dan mencatat bahwa pada awal EURO 2020 mereka tidak diunggulkan, namun berhasil menjadi juara.
BACA JUGA:Euro 2004: Ketika Francesco Totti Frustasi dan Meludahi Christian Poulsen
Ia menegaskan bahwa fokus utama tim Italia saat ini adalah kembali ke Piala Dunia, setelah absen dalam dua edisi sebelumnya, yang menurutnya adalah situasi yang tidak seharusnya terjadi.
“Setelah EURO 2020, saya ingin menjadi pemain top dalam sepak bola, tapi sayangnya ligamen saya robek dan saya menjalani proses rehabilitasi yang panjang,” kata Federico Chiesa kepada UEFA.com.
“Tujuan saya selalu untuk kembali ke puncak. Saya berusia 26 tahun, masih ada waktu dan saya ingin membuktikan dari Euro ini apa yang saya bisa,” tekadnya.
“Yang membuat saya tersenyum adalah di awal Euro lalu, banyak keraguan terhadap tim nasional kami, terhadap apa yang bisa kami capai,” lanjutnya.
BACA JUGA:Mantan Kiper Lazio: Paulo Dybala Hanya Akan Menjadi Pemain Cadangan di Inter Milan
“Saat ini ada keraguan juga, tapi kami tampil di sana hanya untuk menunjukkan apa yang bisa kami lakukan. Itulah yang ingin kami lakukan di turnamen sebelumnya dan kami akhirnya memenangkannya,” paparnya.
“Target utama kami saat ini adalah kembali ke Piala Dunia, karena Italia melewatkan dua edisi sebelumnya dan itu adalah sesuatu yang tidak benar,” sesalnya.
Terakhir, Chiesa menekankan bahwa mentalitas Italia telah berubah dan di bawah asuhan Spalletti, saat ini tim berusaha bermain dengan mempertahankan pengusaan bola dan meminimalkan risiko di lini pertahanan.
“Mentalitas Italia telah berubah seiring dengan perkembangan sepak bola modern dan Spalletti juga mengikuti jalur tersebut, berusaha mempertahankan bola, mencoba menciptakan peluang, dan pada saat yang sama menghadapi risiko sesedikit mungkin di lini pertahanan,” tuturnya.
“Secara pribadi, saya bermain lebih sentral di klub saya, sedangkan Spalletti memberi saya kebebasan lebih besar untuk memotong ke dalam atau melebar di sayap,” pungkasnya.