"Jika salah seorang dari kalian makan, hendaklah dia makan dengan tangan kanannya dan jika dia minum, hendaklah dia minum dengan tangan kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya." (HR. Muslim)
BACA JUGA:Mengatur Keuangan Keluarga Menurut Islam, Insha Alloh Berkah
BACA JUGA:Hukum Mewarnai Rambut Dalam Islam, Boleh dan Tidaknya Simak Disini
Mencuci beras dengan tangan kanan juga mengikuti sunnah ini. Ketika mencuci beras dengan tangan kanan, kita tidak hanya mengikuti adab, tetapi juga memohon keberkahan dari Allah SWT dalam setiap makanan yang akan kita hidangkan kepada keluarga.
2. Mengaduk Beras dengan Arah Berlawanan Jarum Jam (Seperti Tawaf)
Mengaduk beras dengan arah berlawanan jarum jam bukan hanya gerakan fisik semata, melainkan juga mengandung makna spiritual. Gerakan ini menyerupai gerakan tawaf, yakni mengelilingi Ka'bah dalam ibadah haji atau umrah.
Tawaf dilakukan sebagai bentuk ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT, dan gerakan tersebut melambangkan keteraturan alam semesta yang berputar mengelilingi pusat ibadah.
Dengan melakukan gerakan mengaduk beras secara berlawanan arah jarum jam, kita diingatkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, pusat dari segala kehidupan.
Niatkan dalam hati bahwa dengan gerakan ini, kita memohon kepada Allah agar memberikan keberkahan dalam makanan yang akan dimasak dan disajikan.
3. Membaca "Ya Latif" 3x
Salah satu amalan yang dianjurkan saat mencuci beras adalah membaca "Ya Latif" sebanyak tiga kali. "Ya Latif" adalah salah satu Asmaul Husna, yang berarti "Yang Maha Lembut."
Membaca "Ya Latif" diharapkan bisa mendatangkan kelembutan dari Allah SWT dalam hati orang-orang yang kita cintai, termasuk suami dan anak-anak.
Secara spiritual, Allah adalah yang menguasai hati manusia. Dengan memohon kepada Allah melalui asma "Ya Latif," kita berharap agar Allah melunakkan hati suami dan anak-anak kita, membuat mereka lebih mudah menerima nasihat, lebih penyayang, dan lebih penuh kasih sayang.
4. Membaca Sholawat
Setelah membaca "Ya Latif," dianjurkan pula untuk membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam.
Sholawat bukan hanya bentuk penghormatan dan cinta kita kepada Rasulullah SAW, tetapi juga menjadi salah satu wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah.