Perubahan Iklim Jadi Ancaman Nyata
Baik padi maupun jagung kini sama-sama menghadapi ancaman serius dari perubahan iklim. Pola hujan yang tak menentu, banjir, kekeringan ekstrem, hingga serangan hama yang meningkat, membuat petani kerap berada dalam ketidakpastian.
Selain itu, tekanan alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan perumahan membuat lahan pertanian semakin sempit. Jika kondisi ini dibiarkan, ancaman terhadap ketahanan pangan kian nyata.
Kendati demikian, BMKG memperkirakan bahwa kemarau di 2025 lebih pendek karena curah hujan di atas normal pada banyak wilayah; hal ini menjadi potensi bonus air untuk padi, tetapi risiko banjir juga meningkat.
BACA JUGA:Renungan Kemerdekaan: Sudahkah Bangsa Indonesia Benar-Benar Merdeka?
Harapan pada Inovasi dan Teknologi
Meski penuh tantangan, jalan menuju swasembada pangan bukan hal yang mustahil. Sejumlah langkah adaptasi tengah ditempuh, mulai dari pengembangan varietas unggul, digital farming, hingga diversifikasi pangan lokal.
Pemerintah juga mendorong penguatan cadangan pangan nasional agar stok tetap aman meski terjadi gagal panen di beberapa wilayah. Di sisi lain, edukasi petani terus digalakkan agar mereka mampu menyesuaikan pola tanam dengan kondisi iklim yang berubah.
Tahun 2025 menjadi ujian besar bagi Indonesia dalam menjaga kemandirian pangan.
Padi dan jagung berada di garis depan, menghadapi tantangan iklim sekaligus tuntutan pasar yang terus meningkat.
Pertanyaannya, apakah Indonesia mampu mewujudkan swasembada pangan di tengah guncangan iklim global?
Jawabannya masih bergantung pada konsistensi kebijakan, inovasi teknologi, dan tentu saja, ketangguhan para petani di lapangan. (*)