“Aku tahu kamu tidak mau menggantikanku. Tapi anakku, Baginda Raja Harun Al Rasyid pasti menunjukmu. Itu tidak mungkin kamu bantah. Risikonya besar,” lanjut ayahanda Abu Nawas.
Abu Nawas terdiam saja. Matanya menatap tajam wajah ayahanda yang berada dalam kondisi akhir hayatnya.
Nafas pendek-pendek lelaki renta yang Begitu dikaguminya, semakin menunjukkan proses sakaratul maut sedang berlangsung.
Abu Nawas selama ini dididik begitu penuh cinta kasih sekaligus keras oleh ayahndanya.
Nilai-nilai agama begitu kuat ditanamkan kepada Abu Nawas sejak dari kecil.
Bagaimana ayahandanya selalu mengajarkan dan mengingatkan tentang tujuan hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah.
Tujuan itulah yang membuat manusia bisa hidup dengan arah yang benar.
BACA JUGA:Ini Dia 7 Jenis Buah-Buahan Untuk Kamu yang Lagi Diet, Jadi Gak Khawatir Kekurangan Vitamin
“Manusia yang tidak memiliki atau tidak tahu tujuan hidupnya, dia akan seperti orang berjalan dalam gelap gulitanya malam. Tidak tentu arah, akan putus asa, akan hampa.”
Pesan ayahandanya itu selalu terngiang terus di telinga Abu Nawas.
“Tapi anakku, jika memang dirimu ingin menolak jabatan hakim dari Baginda Raja Harun Al Rasyid, ada satu cara,” bisik ayahndanya.
Abu Nawas terperanjat. Kaget sekaligus bahagia ada solusi dari ayahandanya.
“Apa gerangan yang ayahanda maksud?” Tanya Abu Nawas dengan berbisik ke telinga ayahandanya.
Sejenak ayahandanya diam. Mengatur nafasnya yang pendek-pendek. Lalu dia memberi isyarat agar anaknya itu mendekatkan telinga ke mulutnya.
“Pura-puralah gila. Sebab orang gila tidak mungkin dijadikan hakim,” suara lirih suara ayahandanya begitu jelas terdengar Abu Nawas.