Stunting memang belum signifikan tertangani. Selain bermunculan data stunting baru seperti di Kecamatan Kawalu, juga kesadaran dari orang tua balita penyandang stunting.
Kasusnya ketika mendapat bantuan susu khusus untuk balita penyandang stunting, orang tua balita tersebut malah menjualnya.
Alasannya karena balita mereka tidak mau meminumnya. Ada juga orang tua yang mengatakan kalau balitanya tidak cocok dengan susu tersebut.
Tantangan bagi Cheka Virgowansyah selain penanggulangan kemiskinan dan stunting, adalah kebersihan, keamanan dan ketertiban di Kota Tasikmalaya.
Kebersihan terkait sampah yang masih menjadi persoalan pelik. Hampir di setiap penjuru Kota Tasikmalaya banyak ditemui tumpukan sampah.
BACA JUGA:8 Ide Masakan Untuk Merayakan Malam Tahun Baru Bersama Keluarga, Lengkap Dengan Resepnya
Hal itu membuat suasana kota tidak asri. Ini juga yang menjadikan Kota Tasikmalaya selalu gagal meraih penghargaan kebersihan yakni Adipura.
Masalah keamanan dan ketertiban tidak kalah menantang bagi Cheka Virgowansyah.
Teror geng motor di Kota Tasikmalaya belum ada solusi jitu. Kejadian aksi brutal 12 anggota geng motor yang berstatus pelajar sedang santer dibicarakan publik.
Pelajar yang menjadi anggota geng motor merupakan fenomena gunung es di Lota Tasikmalaya.
Pelajar-pelajar yang harusnya menjadi generasi terdidik, kini menjadi bagian dari pelaku teror keamanan dan ketertiban di Kota Tasikmalaya.
Cheka Virgowansyah untuk masalah geng motor masih mencari solusi. Sebab kata pria kelahiran Palembang itu, harus dilakukan kajian mendalam kenapa pelajar-pelajar itu menjadi geng motor.
Analogi Cheka Virgowansyah geng motor itu bagaikan tubuh yang sakit. Harus diketahui apa penyakitnya agar obatnya juga tepat.
Aya Pak Cheka(*), 2024 gebrakannya semakin wow lagi!(*)