Makna Merdeka: Perspektif Epistemologis, Pemikir Dunia, Pendiri Bangsa, dan Islam

Makna Merdeka: Perspektif Epistimologis, Pemikir Dunia, Pendisi Bangsa dan Islam, Foto Istimewa--
RADARTASIKTV.ID - Dokumen ini membahas makna 'merdeka' berdasarkan kajian epistemologis, pandangan para pemikir dunia, para pendiri bangsa Indonesia, serta perspektif Islam.
Selain itu, disajikan perbandingan makna dalam tabel dan narasi penutup yang diperkaya dengan kutipan dalam bahasa Sunda buhun.
1. Epistemologi Kata Merdeka
Secara etimologis, kata 'merdeka' berasal dari bahasa Sanskerta: maharddhika (महर्द्धिक) yang berarti kaya, sejahtera, berdaya, dan berkuasa atas dirinya sendiri.
BACA JUGA:Pekan QRIS Nasional 2025, Bank Indonesia Ajak Seluruh Lapisan Masyarakat Priangan Timur Gunakan QRIS
BACA JUGA:Insiden Bentrok Antar Warga Saat Karnaval Agustusan di Kecamatan Indihiang Berakhir Damai
Dalam bahasa Melayu klasik, 'merdeka' diartikan sebagai bebas dari perbudakan. Dalam perkembangan modern, 'merdeka' merujuk pada keadaan bebas dari belenggu kekuasaan luar baik dalam bentuk kolonialisme, penindasan, maupun dominasi atas kehendak pribadi atau kolektif suatubangsa.
2. Merdeka Menurut Pemikir Dunia
Aristoteles: kebebasan (eleutheria) adalah kemampuan manusia untuk mengatur dirinya sendiri dalam polis, tanpa tirani.
Rousseau: manusia terlahir bebas, kemerdekaan berarti tunduk hanya pada hukum yang ia tetapkan sendiri bersama rakyat.
John Locke: kebebasan adalah hak kodrati manusia untuk hidup, bebas, dan memiliki properti.
Immanuel Kant: kebebasan adalah kondisi di mana manusia bertindak berdasarkan akal budi dan hukum moral dalam dirinya.
Mahatma Gandhi: kemerdekaan sejati (swaraj) adalah kemampuan bangsa dan individu untuk mengendalikan dirinya.
Abraham Lincoln: kebebasan adalah kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk berkembang sejauh mungkin.
3. Merdeka Menurut Para Pendiri Bangsa Indonesia
Soekarno: kemerdekaan berarti bebas menentukan nasib sendiri, berdiri sejajar dengan bangsa lain, berkepribadian dalam kebudayaan.
Mohammad Hatta: kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur.
Soepomo: merdeka adalah kondisi di mana bangsa dapat mengatur dirinya sendiri dengan semangat kekeluargaan.
Ki Hajar Dewantara: merdeka berarti berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan mampu mengatur hidup dengan tanggung jawab.
Tan Malaka: kemerdekaan adalah syarat mutlak untuk mencapai keadilan sosial.
4. Merdeka Menurut Islam
Dalam Islam, merdeka (hurriyah) berarti kebebasan manusia dari perbudakan sesama makhluk, penindasan, hawa nafsu, dan hanya tunduk kepada Allah. Al-Qur’an menegaskan:
Tidak ada paksaan dalam agama' (QS. Al-Baqarah [2]:256). Ali bin Abi Thalib berkata: 'Janganlah engkau menjadi hamba bagi orang lain, padahal Allah telah menciptakanmu merdeka.'
5. Perbandingan Makna Merdeka:
Merdeka bukanlah sekadar terbebas dari penjajahan fisik, melainkan juga sebuah kesadaran dan keadaan batiniah. Dari para pemikir dunia, kemerdekaan dipahami sebagai hak kodrati.
Dari para pendiri bangsa, ia adalah jembatan emas menuju kesejahteraan. Dari perspektif Islam, kemerdekaan hakiki adalah ketika manusia hanya tunduk kepada Allah dan bebas dari kezaliman. Dengan demikian, kemerdekaan adalah nilai universal yanG selalu terkait dengan tanggung jawab moral.
Sebagaimana ungkapan kearifan Sunda buhun:
“Merdeka téh lain ukur leupas tina panceng, tapi leupas tina sagala nu ngabeungkeut batin, supaya manusa bisa nangtung sorangan kalayan daria jeung budi.”
Penulis: Demi Hamzah Rahadian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: