September Hitam: Deretan Tragedi yang Membekas dalam Sejarah Indonesia, Dari G30S/PKI hingga Aktivis Gugur

September Hitam: Deretan Tragedi yang Membekas dalam Sejarah Indonesia, Dari G30S/PKI hingga Aktivis Gugur

September bukan hanya bulan biasa, tapi bulan yang mencatat sejarah bangsa. Ilustrasi AI--

Salim, seorang petani, dibunuh secara brutal pada 26 September 2015 setelah menolak praktik tambang pasir ilegal di desanya.

Peristiwa ini menggambarkan bagaimana warga kecil yang berani bersuara kerap menjadi korban kekerasan demi kepentingan segelintir pihak.

BACA JUGA:Tragedi Penculikan Anak yang Pernah Terjadi dan Menghebohkan di Dunia

BACA JUGA:Gagal Berangkat Gegara Tragedi Tabrakan KA Turangga vs KA Comuter Line? ini Cara Refund Tiket KA Secara Online

28 September 1999: Pembunuhan Yusuf Rizal & Saidatul Fitriah

Dua mahasiswa Universitas Muslim Indonesia, Yusuf Rizal dan Saidatul Fitriah, menjadi korban dalam peristiwa tragis 28 September 1999 di Makassar.

Mereka tewas akibat bentrokan antara aparat dan mahasiswa yang tengah menyuarakan aspirasi. Peristiwa ini kembali mempertegas bagaimana mahasiswa sering kali menjadi korban dalam dinamika politik nasional.

30 September 1965: Genosida G30S/PKI

Tanggal 30 September 1965 tercatat sebagai salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Indonesia. Gerakan 30 September (G30S) yang dikaitkan dengan PKI memicu pembunuhan massal dan pembersihan politik di berbagai daerah.

Jutaan orang ditangkap, dipenjara tanpa pengadilan, bahkan dibunuh. Tragedi ini masih menyisakan kontroversi dan perdebatan sejarah hingga kini.

Deretan peristiwa kelam yang terjadi di bulan September menunjukkan bahwa sejarah bangsa ini tidak hanya dihiasi perjuangan, tetapi juga luka mendalam.

“September Hitam” bukan sekadar istilah, melainkan simbol bahwa banyak tragedi kemanusiaan di Indonesia yang belum sepenuhnya diselesaikan.

Setiap peristiwa mengajarkan bahwa demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia membutuhkan perlindungan nyata.

Menghadirkan keadilan bagi korban dan keluarga mereka adalah pekerjaan rumah besar yang harus terus diperjuangkan.

Tanpa itu, luka September akan selalu hidup dalam ingatan kolektif bangsa, menjadi pengingat bahwa harga sebuah perjuangan sangatlah mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: