Sejarah Konferensi Meja Bundar
RADAR TV - Sejarah Konferensi Meja Bundar bermula, 18 Desember 1948.
Baca Juga :
https://radartasikmalaya.tv/unik-ada-senjata-dari-tulang-mau-tahu-baca-sampai-habis/
Dilanjutkan Belanda menindaklanjuti rencana Agresi Militer II terhadap Indonesia serta melanggar Perjanjian Renville yang telah disetujui.
Baca Juga :
https://radartasikmalaya.tv/?p=7948&preview=true
Perjalanan, Sejarah Konferensi Meja Bundar
Selanjutnya, Belanda juga pernah melakukan Agresi Militer I sebagai bentuk pelanggaran Perjanjian Linggarjati. Sebab kejadian, Agresi Militer II menjadikan Belanda mendapat kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Saat itu, Belanda menahan beberapa pemimpin Republik Indonesia termasuk Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Haji Agus Salim, dan beberapa menteri kabinet yang sedang bertugas di ibu kota sementara, Yogyakarta.
Dilanjutkan, eksistensi NKRI masih ada dikarenakan, pemerintahan sempat dipindahkan ke Sumatera Barat dan di buat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia diangkat jadi Presiden sementara Syafruddin Prawiranegara.
Baca Juga :
https://radartasikmalaya.tv/mengenal-tokoh-imam-bonjol/
Dikatakan, dalam buku sejarah Indonesia modern karangan M.C. Ricklefs (2012) menuliskan, penahanan terhadap para pemimpin RI yang dilakukan Belanda membuat sikap PBB dan diikuti negara lain dilanjutkan memberikan dukungan kepada Indonesia.
Sehingga, saat tahun 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB melakukan teguran terhadap Belanda, serta memaksan mereka mengembalikan seluruh petinggi RI serta memulihkan pemerintahannya.
Baca Juga :
https://radartasikmalaya.tv/mengenal-sajian-tongseng-kambing-rekomendasi-tongseng-kambing-di-bandung/
Ditambahkan, Ide Anak Agung Gde Agung dalam Twenty Years Indonesian Foreign Policy tahun 1973: 1945-1965, PBB juga memberi saran dilakukan perundingan agar kedua belah pihak bisa mendapatkan penyelesaian.
Setelah itu, Tanggal 4 April 1949, digelar Perundingan Roem-Royen antara Belanda dan Indonesia.
Perundingan ini berakhir pada 7 Mei 1949 dan menghasilkan beberapa kesepakatan, di antaranya persetujuan diadakannya KMB di Den Haag, serta mengembalikan pemerintahan Di Yogyakarta.
Dilanjutkan, perundingan antara pihak RI dan BFO dilakukan. Pertemuan ini disebut dengan Konferensi Inter-Indonesia, dilakukan pada 19-22 Juli 1949 di Yogyakarta dan 31 Juli-3 Agustus di Jakarta.
Setelah itu, BFO membentuk sebuah komite yang terdiri dari 15 pemimpin negara bagian melibatkan daerah otonom dan Republik Indonesia Serikat (RIS) .
Selanjutnya, dituliskan Marwati dan Nugroho dalam Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (1990), obrolan dalam konferensi ini menghasilkan bentuk negara.
Selanjutnya, (RIS). Setelah itu, diadakannya Panitia Persiapan Nasional (PPN) sebagai persiapan penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS.
Berikut Tokoh Sejarah KMB
:
Mohammad Roem, Mr. Supomo, Dr. J. Leimena, Mr. Ali Sastroamidjojo, Ir. Djuanda, Sukiman, Mr. Sujono Hadinoto, Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang, dan Mr. Muwardi.****