6. Tanjakan Bapak Tere
Bapak Tere atau yang artinya bapak tiri adalah tanjakan yang dinilai janggal di Kawasan Gunung Ciremai. Tanjakan ini sering juga dipanggil sebagai tanjakan penyiksaan.
Para pendaki akan melewati jalur ini ketika hendak menuju puncak Gunung Ciremai lewat jalur Linggar Jati Kuningan.
Di tanjakan ini akan sangat menguji fisik para pendaki karna para pendaki terpaksa harus merangkak saat menaikinya.
Penamaan Tanjakan Bapak Tere bukanlah tanpa sebab, karena dahulu ada mitos bahwa ada seorang ayah tiri yang mengajak anaknya untuk mendaki Gunung Ciremai, namun sang anak dibunuh saat berada di tanjakan ini.
7. Telapak Kaki Misterius di Batu Nyongclo
Telapak kaki ini diyakini adalah jejak dari Raden Angkawijaya. Sedangkan jejak kaki yang besar adalah jejak kaki dari Catur Lintang, pamannya.
BACA JUGA:Cepat dan Gak Ribet! Ini 7 Makanan Saat Naik Gunung
Legenda menyatakan bahwa sekitar di abad ke-4 M Raden Angkawijaya dan Catur Lintang singgah di Batu Nyongclo yang bertujuan untuk persiapan selama 3 hari sebelum melanjutkan perjalanan ke bukit meditasi.
Sang prabu berharap anaknya akan menjadi sosok ksatria yang baik. Sampai sejak usia 4 tahun pun Raden Angkawijaya telah berpergian dengan bantuan Catur Lintang, pamannya.
Jejak telapak kaki di batu tersebut adalah sebuah bukti bahwa Raden Angkawijaya dan Catur Lintang sudah selesai melakukan pelatihan.
Namun jejak kaki tersebut timbul ke atas, bukan malah tenggelam seperti yang seharusnya. Pangeran dan pamannya tersebut tidak hanya meninggalkan jejak telapak kaki saja, namun juga menanam tanaman Hanjuang di sekitar sana.
Di dalam kepercayaan masyarakat Sunda, Hanjuang dipercayai sebagai penanda batas antara sakti dan tidak sakti.
Perlu dicatat bahwa misteri-misteri di atas berdasarkan kepercayaan dan cerita rakyat, dan tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Meskipun demikian, misteri-misteri tersebut menjadi bagian dari warisan budaya dan folklore masyarakat setempat, yang mempengaruhi cara mereka melihat dan menghormati Gunung Ciremai.