Unsil Gelar Webinar Internasional Ekosistem Halal, 540 Peserta dari 7 Negara Hadir

Unsil Gelar Webinar Internasional Ekosistem Halal, 540 Peserta dari 7 Negara Hadir

Tangkapan Layar Prodi Manajemen Mutu Halal Unsil gelar webinar internasional bertema "From Certification to Ecosystem" diikuti 540 peserta, bahas transformasi hub halal global--(foto : istimewa)

RADARTASIKTV.ID - Program Studi Manajemen Mutu Halal Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi (Unsil) menyelenggarakan webinar internasional bertema "From Certification to Ecosystem: Accelerating Halal Business in Indonesia Amid Global Competition", Rabu (29/10). Lebih dari 540 peserta dari tujuh negara berpartisipasi dalam acara daring ini.

Webinar yang digelar dalam rangka peringatan dua tahun Prodi Manajemen Mutu Halal ini menghadirkan lima narasumber dari empat negara: Prof. Dr. Sapta Nirwandar (Indonesia Halal Lifestyle Center), Assoc. Prof. Dr. Kamola Ergun (KTO Karatay University, Turki), Assoc. Prof. Dr. Betania Kartika (INHART, International Islamic University Malaysia), Ir. H. Putu Rahwidhiyasa, MBA (KNEKS), dan Dr. Thamina Anwar (Global Halal Shura Hub, New Zealand).

Dekan Fakultas Agama Islam Unsil, Dr. Asep Suryanto, S.Ag., M.Ag., membuka acara yang dipandu moderator Lu'liyatul Mutmainah, S.E., M.Si., Ketua Prodi Manajemen Mutu Halal.

BACA JUGA:Sampah dan Aktivitas Tambang Bisa Jadi Penyebab Banjir, Sumbat Saluran Hingga Sebabkan Pendangkalan

BACA JUGA:Pohon Tumbang Timpa Minibus Hingga Ringsek, Proses Evakuasi Pohon Sebabkan Kemacetan Panjang

Prof. Dr. Sapta Nirwandar menekankan pentingnya desain kemasan halal yang memenuhi aspek religius dan menarik secara komersial. "Kemasan bukan hanya wadah, tapi pesan—dan dalam konteks halal, pesan tersebut harus mencerminkan integritas, kepercayaan, dan nilai global," ujarnya.

Ia merekomendasikan pembentukan konsorsium industri halal nasional untuk meningkatkan sinergi antar pelaku usaha dan pemerintah, serta pengembangan kurikulum pelatihan khusus untuk desain kemasan halal.

Assoc. Prof. Dr. Kamola Ergun memaparkan 10 indikator kunci sistem halal global yang meliputi tata kelola, akreditasi, inovasi, dan integrasi SDGs. "Sertifikasi halal harus dilihat sebagai bagian dari sistem nilai yang lebih besar, bukan hanya sebagai label," katanya.

Dr. Kamola menyoroti perlunya benchmarking dengan praktik terbaik global (Malaysia, Turki, Uni Emirat Arab) dan peningkatan anggaran untuk sertifikasi halal guna mendukung eksportir kecil dan menengah.

BACA JUGA:Waspada! BBM Tercampur Air Berakibat Kerusakan pada Mesin, Mekanik Imbau Pengendara Sering Cek Kondisi Motor

Assoc. Prof. Dr. Betania Kartika membandingkan sistem sertifikasi halal Malaysia dan Indonesia. "Kepatuhan terhadap prinsip syariah harus dijamin melalui sistem yang akuntabel dan dapat diaudit secara independen," tandasnya.

Rekomendasi meliputi studi komparatif sistem sertifikasi, workshop tata kelola halal bagi regulator dan UMKM, serta revisi regulasi sertifikasi nasional agar lebih responsif dan inklusif.

BACA JUGA:Waduh, BBM Pertalite di SPBU Perintis Kemerdekaan Tercampur Air, Pertamina Ungkap Penyebabnya...

Ir. H. Putu Rahwidhiyasa, MBA, Direktur Pelaksana Industri Produk Halal KNEKS, memaparkan dua program unggulan: Program Sehati (sertifikasi halal gratis bagi UMKM) dan Program Juleha (Juru Sembelih Halal) terkait sertifikasi rumah potong hewan halal.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: