Apakah untuk puasa 9 Dzulhijjah mengikuti kondisi yang terjadi di Mekah atau sesuai keputusan pemerintah Indonesia?
Kebingungan itu terutama karena pada hari Sabtu, 15 Juni 2024, jamaah haji sudah melaksanakan wukuf di Arafah.
Selama ini ketika jamaah haji wukuf di Arafah, maka umat Islam seluruh dunia termasuk di Indonesia, melaksanakan puasa Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah.
Hal yang menjadikan umat Islam yang awam bingung, kalau puasa Arafah dilaksanakan pada Minggu, 16 Juli 2024, bukankah pelaksaan wukufnya juga sudah selesai?
Jadi harus ikut waktu Mekah atau sesuai ketetapan Kementrian Agama Republik Indonesia?
Buya Yahya dan Ustad Adi Hidayat akan menjelaskan hal ini.
BACA JUGA:Bongkar Resep Awet Muda di Usia Kepala 3, Rutin Minum Jus Ini Saat Sahur dan Buka Puasa
Buya Yahya dan Ustad Adi Hidayat memguaps perbedaan waktu puasa Arafah dan Idul Adha berdasarkan keterangan hadist.
Penjelasan dua ulama kharismatik itu sebagai panduan umat Islam di Indonesia mengambil keputusan atas perbedaan waktu puasa Arafah dan Idul Adha.
Ustad Adi Hidayat mengungkapkan tentang fadillah puasa tanggal 9 Dzulhijjah.
Keutamaan puasa 9 Dzulhijjah berdasarkan keterangan beberapa hadist shohih sangat dahsyat.
Yakni fadillah bgi yang menjalankan puasa 9 Dzulhijjah itu menghapus dosa setahun yang lalu.
Ustad Adi Hidayat menukil Hadist Riwayat Muskim No. 1162 : “Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”
Dalam hadis itu kata Ustad Adi Hidayat bukan menggunakan kata ‘shiyam Arafah’ yang artinya puasa Arafah.
Tetapi Arafah di sana menunjuk pada momentum orang wukuf.
“Jadi, kalau bahasanya puasa Arafah, maka tidak ada penafsiran. Semua di seluruh negeri ini harus berpuasa bersamaan dengan orang wukuf. Jadi, begitu di Arab Saudi wukuf sekarang, kita ikut puasanya di hari itu. Itu kalau tidak menggunakan (kata) yaum,” jelas Ustad Adi Hidayat yang disampaikan melalui kanal YouTube Zayyan Channel.