Lagu “Bayar Bayar Bayar” Viral, Novi Sukatani Justru Kehilangan Status Sebagai Guru SD, Ini Penjelasannya…

Lagu “Bayar Bayar Bayar” Viral, Novi Sukatani Justru Kehilangan Status Sebagai Guru SD, Ini Penjelasannya…

Lagu "Bayar Bayar Bayar" Viral, Novi Sukatani Justru Kehilangan Status sebagai Guru SD! Ini Penjelasannya…. foto by google--

RADARTASIKTV.ID - Dunia maya kembali dihebohkan oleh fenomena viral yang melibatkan seorang musisi sekaligus tenaga pendidik.

Novi Sukatani, seorang vokalis yang dikenal karena membawakan lagu "Bayar Bayar Bayar," kini harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan statusnya sebagai guru SD.

Pemecatan dirinya dari profesi guru menimbulkan berbagai pertanyaan dan kontroversi di masyarakat.

BACA JUGA:Band Strangers Gemparkan Gelar Karya SMPN 12 Tasikmalaya dengan Aksi Panggung Memukau

BACA JUGA:Perdana, Universitas Mayasari Bakti Wisuda 151 Mahasiswa, Lulusan Siap Berkontribusi Untuk Kemajuan Bangsa

Pemecatan terhadap vokalis band Sukatani itu terjadi tidak jauh dari viral video permintaan maaf kelompok musik punk tersebut karena lagunya “Bayar Bayar Bayar”.

Kronologi Viralitas Lagu "Bayar Bayar Bayar"

Lagu "Bayar Bayar Bayar" pertama kali muncul di berbagai platform media sosial, mulai dari TikTok hingga YouTube. Lirik yang unik dan berisi kritik sosial membuat lagu ini cepat mendapat perhatian publik. Tidak sedikit netizen yang membagikan ulang video tersebut hingga akhirnya viral.

Seiring dengan popularitas lagunya yang meningkat, identitas Novi Sukatani sebagai seorang guru SD pun terungkap.

Masyarakat pun terbagi dalam merespons fenomena ini: ada yang mengapresiasi kreatifitasnya, namun ada pula yang mempertanyakan kelayakan seorang guru membawakan lagu dengan muatan kritik sosial yang cukup tajam.

Pemecatan Novi Sukatani: Keputusan yang Janggal?

Tidak lama setelah lagu tersebut menjadi viral, kabar mengejutkan muncul: Novi Sukatani diberhentikan dari jabatannya sebagai guru SD.

Banyak pihak mempertanyakan alasan di balik pemecatan tersebut. Apakah hal ini murni karena lagunya yang kontroversial, atau ada faktor lain yang tidak diungkapkan ke publik?

BACA JUGA:UMKM Expo 2025: Ajang Unjuk Gigi Pelaku Usaha Kota Banjar, Pamerkan Produk Unggulan 100 UMKM Terpilih

BACA JUGA:Ribuan Warga Kota Banjar Serbu Makan Gratis, Pembagian Libatkan Puluhan Instansi dan Badan Usaha

Beberapa dugaan yang muncul di antaranya:

1. Dugaan Pelanggaran Etika Profesi

Sebagian pihak menilai bahwa sebagai seorang guru, Novi harus menjaga citra dan memberikan contoh yang baik kepada siswa. Membawakan lagu dengan muatan kritik tajam dianggap kurang sesuai dengan peran pendidik.

2. Tekanan dari Pihak Tertentu

Tidak sedikit yang menduga bahwa pemecatan ini terjadi karena adanya tekanan dari pihak-pihak yang merasa tersindir oleh lagu "Bayar Bayar Bayar".

3. Ketidakjelasan Regulasi

Hingga saat ini, belum ada regulasi yang secara jelas melarang guru untuk berkarya di luar profesinya, selama tidak bertentangan dengan kode etik dan norma yang berlaku.

Dampak bagi Novi Sukatani dan Dunia Pendidikan

Pemecatan Novi Sukatani tentu membawa dampak besar bagi dirinya, baik secara profesional maupun pribadi. Sebagai seorang guru, ia kehilangan sumber pendapatan dan pekerjaan yang telah lama ia tekuni.

Namun, dari sisi musik, ketenaran yang ia peroleh bisa menjadi peluang baru untuk berkarier sebagai musisi penuh waktu.

Di sisi lain, kasus ini juga memunculkan diskusi tentang kebebasan berekspresi bagi tenaga pendidik.

Sejauh mana seorang guru boleh berkreasi di luar profesi tanpa harus menghadapi konsekuensi profesional? Apakah profesi guru harus benar-benar membatasi individu dalam menyalurkan kreativitasnya?

BACA JUGA:Dinkes Kota Tasikmalaya Genjot Kampanye Tablet Penambah Darah, Siapkan USG Di Puskesmas Sebagai Deteksi Dini

BACA JUGA:Cerita Unik Dibalik Rambutan Manis Si Batulawang, Mulai Dikenal Masyarakat Luas Tahun 1990

Respons Masyarakat dan Netizen

Reaksi masyarakat terhadap pemecatan Novi Sukatani cukup beragam. Sebagian besar netizen merasa bahwa keputusan tersebut tidak adil dan terlalu berlebihan.

Mereka berpendapat bahwa selama tidak ada pelanggaran hukum atau kode etik yang jelas, seorang guru seharusnya tetap bisa berkarya di luar tugas mengajarnya.

Sebaliknya, ada pula yang mendukung keputusan tersebut dengan alasan bahwa guru memiliki tanggung jawab moral yang lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya.

Mereka berargumen bahwa setiap tindakan guru, baik di dalam maupun di luar sekolah, dapat mempengaruhi citra pendidikan di mata publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: