Menariknya, situs ini kerap terendam air laut ketika pasang, menyebabkan beberapa batu mengalami abrasi.
BACA JUGA:Curi Tas Pedagang, Warga Asal Bumiayu Babak Belur Dihajar Massa
Di antara onggokan batu-batu tersebut terdapat yoni yang bagian atasnya pecah, arca nandi, dan lapik dengan dekorasi simbar sudut.
Benda-benda tersebut membuktikan bahwa bangunan yang dahulu berdiri di situs ini adalah bangunan bercorak Hindu, bahkan disinyalir sebagai Candi Pananjung.
3. Struktur Bangunan Situs Batu Kalde yang Berbeda dari Candi di Wilayah Jateng dan Jatim
Hasil pengamatan permukaan menunjukkan bahwa bangunan ini berdenah bujur sangkar dengan ukuran 12 x 12 meter. Bagian bangunan yang tersisa sekarang terdiri dari tiga lapisan batu.
Namun, arah hadap bangunan belum dapat diketahui karena tidak ditemukan penampil di salah satu sisinya, seperti pada candi-candi umumnya.
Kemungkinan, Candi Pananjung berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah atau Jawa Timur.
Hal ini terlihat dari ketebalan struktur bangunan, jenis batu-batu, dan kedalaman pondasinya.
Jika bangunan ini memiliki atap, kemungkinan besar terbuat dari bahan yang cepat rusak seperti tiang kayu, bambu, serta penutup atap dari ijuk.
Cerita Sejarah dibalik Situs Batu Kalde
Menurut laporan perjalanan pendeta Bujangga Manik pada abad ke-15 Masehi, ia pernah singgah di desa Pananjung yang terletak di sebuah tanjung yang menjorok ke laut selatan.
BACA JUGA:Mengenal Moisturizer Glad2glow Skincare yang Ramah di Kantong dengan Kualitas Tak Main-Main
Tidak menutup kemungkinan jika Bujangga Manik pernah berkunjung ke Situs Batu Kalde.
Arca Nandi atau yang kerap disebut Batu Kalde atau Sapi Gumarang (berukuran 1m x 1m x 0,6 m) adalah tempat sembahyang umat Hindu pada masa Kerajaan Pananjung (Galuh Tanduran).