Menelusuri Jejak Kerajaan Galuh di Situs Astana Gede Kawali
Menelusuri Jejak Kerajaan Galuh di Situs Astana Gede Kawali--
Jejak Kerajaan Galuh dan Penyebar Islam
Di sini, pengunjung dapat menemukan peninggalan arkeologi yang kaya, seperti enam prasasti, tiga batu menhir, dan sebelas makam.
Astana Gede Kawali yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya, tidak hanya mencatat sejarah Kerajaan Galuh, tetapi juga masa peralihan ke Islam.
Di situs ini terdapat dua makam Islam, yaitu makam Raden Singacala dan Pangeran Usman, penyebar agama Islam utusan Kesultanan Cirebon setelah masa Kerajaan Galuh berakhir.
Pengunjung juga dapat menemukan batu tempat disemayamkannya abu jasad Putri Dyah Pitaloka (Dewi Citra Resmi), Prameswari, dan Prabu Lingga Buana, yang gugur pada peristiwa Bubat sekitar tahun 1357.
Selain itu, ada batu penobatan yang konon digunakan untuk menobatkan Prabu Siliwangi sebagai raja pada tahun 1482.
Mitos Kepercayaan Seputar Batu Paninggih dan Kolam Cikawali
Salah satu peninggalan yang paling menarik di Astana Gede adalah Batu Palinggih atau Batu Korsi.
BACA JUGA:Wow, Rp 22 Miliar Uang Palsu Disita, 3 Tersangkanya Terancam Hukuman di Atas 12 Tahun Penjara
Batu ini digunakan untuk melantik para Raja Galuh saat memerintah di wilayah Kawali.
Batu Palinggih yang besar ini, dengan bentuk panjang dan pipih serta batu berdiri di tengahnya sebagai sandaran, terletak di bagian tengah situs.
Konon, batu tersebut dulunya adalah lempengan besar namun pecah oleh masyarakat.
Batu Palinggih juga dipercaya memiliki kekuatan mistis. Masyarakat Kawali dahulu percaya bahwa siapa pun yang mampu mengangkat Batu Palinggih, maka segala keinginannya akan segera terkabul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: