Keberagaman Upacara Adat di Kalimantan Tengah : Menyelami Kekayaan Warisan Nusantara

Keberagaman Upacara Adat di Kalimantan Tengah : Menyelami Kekayaan Warisan Nusantara, photo by chrome--
RADARTASIKTV.ID Kalimantan Tengah, sebuah pulau yang indah dari pulau Kalimantan, tidak hanya dikenal dengan kekayaan alamnya, tetapi juga dikenal akan keunikan warisan budaya dan seni tradisionalnya yang memikat banyak orang.
Upacara Adat merupakan sebuah warisan budaya turun-temurun yang terus dilestarikan disetiap daerah di Indonesia.
Upaca Adat memiliki makna yang mendalam dan arti filosofi di dalamnya yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat setempat.
Upacara adat menjadi salah satu ciri khas yang unik dan menonjol di setiap daerah, salah satunya ialah Kalimantan tengah. Mayoritas suku yang menempati provinsi Kalimantan Tengah adalah Suku Dayak.
BACA JUGA:Café Hidden Gem Tasikmalaya yang Asik Buat Tempat Nongkrong, Jangan Lupa Ajak Teman dan Sahabat
Keberagaman Upacara Adat Kalimantan Tengah
1. Upacara Adat Tiwah
Merupakan serangkaian upacara adat kematian atau pemakaman bagi suku Dayak, khususnya dilakukan oleh suku Dayak pedalaman yang masih menganut kepercayaan keharingan. Dimana kepercayaan keharingan ini merupakan warisan dari para leluhur masyarakat Dayak.
Upacara Adat tiwah ini diselenggarakan untuk seorang yang telah meninggal dan telah dikubur cukup lama bahkan hanya menyisakan tulangnya saja.
Upacara ini dilakukan dengan tujuan meluruskan perjalanan roh atau arwah seorang menuju Lewu Tatau atau dalam Bahasa Sangiang Dayak memiliki arti tempat kedamaian bersama Yang Maha Kuasa.
Upacara adat tiwah juga mengandung makna sebagai prosesi untuk membuang bala atau kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Tahapan yang dilakukan dalam upaca adat tiwah ada 3 tahapan yaitu:
• Pra upacara tiwah
Proses pengumpulan tulang jenazah yang akan di tiwahkan
• Inti ritual tiwah
Di awali dengan membangun balai pangun jandau dan sangkaraya sanding rahung, merupakan bangunan yang berfungsi untuk menyimpan tulang-tulang jenazah, kemudian kerbau diikat di sangkaraya yang diikuti dengan tarian sacral.
Kemudan mendirikan tihang mandera di dekat sangkaraya, sebagai tanda bahwa kampung ditutup karena sedang ada ritual, dilanjutkan dengan hewan kurban diikat di sapundu dan dikelilingi oleh tamu yang hadir. Puncaknya ketika tamu menaiki rakit berisikan sesaji.
• Tahap teakhir
Arwah yang ditiwahkan akan melakukan perjalanan menuju lewu liaw yang diiringi dengan proses pengorbanan hewan dengan cara di tombak, dan diakhiri dengan tulang-tulang jenazah dimasukan ke kain merah dan disimpan di sanding.
2. Upaca adat Pakanan Sahur Lewu
Merupakan upaca adat yang berasal dair Bahasa Suku Dayak. Pakanan, mengandung arti persembahan berupa sesajen.
Luhur yang artinya leluhut atau dewa yang dipercaya untuk menjaga kehidupan manusia, memberikan kesehatan, keselamatan dan perdamaian. Sedangkan Lewu merupakan sebuah kampung atau desa pemukiman masyarakat setempat.
Upacara adat Pakan Sahur Lewu diselenggarakan setiap satu tahun sekali bertepatan dengan masa setelah panen. Dilihat dari kalender Suku Dayak,
upacara ini dilakukan bertepatan dangan tahun baru kalender Dayak, dan kalua di kalender masehi pada bulan Mei.
BACA JUGA:Pengen Kulineran Tapi Uang Terbatas? ini 5 Rekomendasi Restoran Murah dan Enak di Tasikmalaya
3. Upacara Adat Nahunan
Upacara Adat Nahunan berasal dari kata nuhun yang mengandung arti turun. Sehingga upacara adat nuhunan adalah sebuah ritual yang dilakukan saat pemberian nama bayi yang berusia satu bulan atau balita yang dibawa turun keluar rumah.
Upaacara ini mengandung makna panca yadnya, merupakan suatu kurban suci bagi para dewa dalam ajaran kaharingan.
Disertai ucapan terima kasih bagi bidan dan ibunya, sehingga dalam proses mengandung hingga melahirkan berjalan dengan baik.
4. Upacara adat Mayanggar
Merupakan Upacara Adat yang biasa dlaksanakan ketika masyarakat membuka lahan baru untuk pertanian. Selain itu juga dilaksanakan ketika akan membangun tempat tinggal atau sebelum dilaksanakannya kegiatan masyarakat dalam skala besar.
Upacara Adat Mayanggar memiliki makna bahwa Batasan antara dunia roh dan dunia manusia perlu untuk dibuat satu batsan atau rambu-rambu.
Rambu-rambu ini dibuat dalam prosesi upacara adat mayanggar, selain itu juga upacara ini dilaksanakan sabagai bentuk penghormatan terhadap Batasan anatara kehidupan roh dan kehidupan manusia.
Secara garis besar dilakukannya proses upacara adat mayanggar serta pengorbanan hewa, sesajen makanan dan minuman,
serta sesaji berupa buah-buahan yang dipimpin oleh pemuka agama kahariang yang disebut mantir ini bertujuan agar terhindar dari gangguan mahluk halus dan sebagai wujud rasa syukur serta untuk menolak bala atau kesialan.
5. Upacara Adat Pakanan Batu
Merupakan Upacara yang dilakukan setelah masa panen usai. Upacara khas suku Dayak ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dan ucapan terima kasih kepada berbagai peralatan yang digunakan untuk bercocok tanam.
Sebuah alat yang dituakan adalah batu. Benda ini dipercaya sebagai sumber energi untuk kembali menajamkan alat-apat yang digunakan untuk bercocok tanam.
Batu yang digunakan juga dianggap telah memberikan perlindungan bagin pengguna ketika menggunakan peralatan bercocok tanam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: