Gunung Ciremai: Asri Namun Menyimpan Banyak Misteri dan Mitos, Ini 7 Misteri dan Mitos di Gunung Ciremai
Sumber: id.wikipedia--
Kedua hewan ini menjadi sosok yang menjadi misteri tersendiri bagi para pendaki. Biasanya kedua hewan ini akan ditemui jika kamu berada di pos 6, namun eksistensinya sangat misterius sebab burung jalak dan tawon hitam ini diyakini akan mengantar para pendaki untuk menuju pos selanjutnya yakni pos Seruni.
Namun burung jalak dan tawon hitam ini tidak akan mengganggu ketenangan para pendaki selama para pemndaki tidak mengusik dan mengganggu kedua hewan tersebut.
6. Tanjakan Bapak Tere
Bapak Tere atau yang artinya bapak tiri adalah tanjakan yang dinilai janggal di Kawasan Gunung Ciremai. Tanjakan ini sering juga dipanggil sebagai tanjakan penyiksaan.
Para pendaki akan melewati jalur ini ketika hendak menuju puncak Gunung Ciremai lewat jalur Linggar Jati Kuningan.
Di tanjakan ini akan sangat menguji fisik para pendaki karna para pendaki terpaksa harus merangkak saat menaikinya.
Penamaan Tanjakan Bapak Tere bukanlah tanpa sebab, karena dahulu ada mitos bahwa ada seorang ayah tiri yang mengajak anaknya untuk mendaki Gunung Ciremai, namun sang anak dibunuh saat berada di tanjakan ini.
7. Telapak Kaki Misterius di Batu Nyongclo
Telapak kaki ini diyakini adalah jejak dari Raden Angkawijaya. Sedangkan jejak kaki yang besar adalah jejak kaki dari Catur Lintang, pamannya.
BACA JUGA:Cepat dan Gak Ribet! Ini 7 Makanan Saat Naik Gunung
Legenda menyatakan bahwa sekitar di abad ke-4 M Raden Angkawijaya dan Catur Lintang singgah di Batu Nyongclo yang bertujuan untuk persiapan selama 3 hari sebelum melanjutkan perjalanan ke bukit meditasi.
Sang prabu berharap anaknya akan menjadi sosok ksatria yang baik. Sampai sejak usia 4 tahun pun Raden Angkawijaya telah berpergian dengan bantuan Catur Lintang, pamannya.
Jejak telapak kaki di batu tersebut adalah sebuah bukti bahwa Raden Angkawijaya dan Catur Lintang sudah selesai melakukan pelatihan.
Namun jejak kaki tersebut timbul ke atas, bukan malah tenggelam seperti yang seharusnya. Pangeran dan pamannya tersebut tidak hanya meninggalkan jejak telapak kaki saja, namun juga menanam tanaman Hanjuang di sekitar sana.
Di dalam kepercayaan masyarakat Sunda, Hanjuang dipercayai sebagai penanda batas antara sakti dan tidak sakti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: