Kegiatan lain FPT berupa pemberian bantuan untuk anak yatim piatu dan jompo yang dihimpun di panti-panti.
Tibalah hari Farid Makruf, Gupuh Setiyono, Muhammad Muchidin, Indan Gilang Buldansyah, dan semua yang bertugas di Kota Tasikmalaya satu per satu pergi.
Mereka walau berat hati harus meninggalkan Kota Tasikmalaya pindah tugas ke tempat lain.
Hebatnya rasa cinta ke Tasikmalaya, FPT tidak dibiarkan. Mereka sepakat merawat daei jauh.
BACA JUGA:Deretan Jenis-Jenis Daging Termahal Di Dunia, Seporsi Harganya Ada Yang Sampai Puluhan Juta Loh...
BACA JUGA:7 Aplikasi Ini Wajib Di Instal di HP Kamu, Ini Manfaatnya
Agar FPT sebagai miniatur kebhinekaan dan toleransi tetap hidup di Tasikmalaya, mereka estafetkan ke yuniornya yang menggantikan jabatannya.
Di Brigif 13 Galuh Rahayu estafet ketua FPT dipegang Kolonel Inf Bangun Nawoko, Kolonel Inf Windiyatno.
Kolonel Windiyanto ada penugasan selama 1 tahun ke Papua. Dia delegasikan Plg ketua FPT kepada Wahyu Purnama kepala kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya.
Era Wahyu Purnama gagasan besar kolaborasi BI, Pemkot dan Pemkab Tasikmalaya serta FPT sukses dengan event Tasik Creatif Festival (TCF).
TCF yang digelar di sepanjang jalan HZ Mustofa berlangsung hingga 3 tahun berturut-turut. Wahyu Purnama saat itu berupaya menstimulan pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya via event besar TCF.
Wahyu Purnama dan anggota FPT pun mendorong program Tasik Sedekah menjadi program Baznas Kota Tasikmalaya.
Konsepnya dengan membiasakan warga Kota Tasikmalaya sedekah Rp 2.000 per bulan.
Uang sedekah Rp 2.000 per keluarga itu dihimpun Baznas Kota Tasikmalaya. Asumsinya saat itu kalau berhasil mengedukasi 100.000 keluarga saja bersedakah Rp 2.000 per bulan, maka terhimpun dana Rp 200 juta per bulan.
BACA JUGA:Bank Indonesia Tasik Perkuat Sinergi Dengan Pemerintah Daerah
BACA JUGA:5 Aplikasi Beli Tiket Pesawat, Butuan Download Di HP Kamu