Bertani Ala Petani Milenial Kota Tasik, Buat Pupuk Dari Bahan Organik Secara Eksklusif

Bertani Ala Petani Milenial Kota Tasik, Buat Pupuk Dari Bahan Organik Secara Eksklusif

Sawah Tanpa Pupuk Kimia Ala Petani Milenial Kota Tasik, Buat Pupuk Dari Bahan Organik Secara Eksklusif--Hasbi

Sawah Tanpa Pupuk Kimia Ala Petani Milenial Kota Tasik, Buat Pupuk Dari Bahan Organik Secara Eksklusif

 

RADAR TASIK TV - Pertanian menjadi sektor krusial dalam upaya kemandirian pangan Nasional. Berdasarkan data kementerian pertanian di tahun 2019, jumlah lahan pertanian bukan sawah secara nasional mencapai 29 juta 353 ribu 138 hektare. Sementara luas lahan sawah mencapai 7 juta 463 ribu 948 hektare

Sementara untuk wilayah Kota Tasikmalaya, yang memiliki luas 17.156,20 hektare, 12.209 hektare merupakan potensi pengembangan lahan pertanian, dengan lahan sawah sebanyak 5.776 hektare.

BACA JUGA:Libur Telah Tiba, 6 Rekomendasi Tempat Wisata Seru di Lembang Bandung Ini Siap Lengkapi Liburanmu

BACA JUGA:Cobain Trik Ini, Cabai Yang Kamu Tanam Auto Berbuah Lebat

Perhitungan data di tahun 2023 lalu, dinas ketahanan pangan pertanian dan perikanan Kota Tasikmalaya mencatat, terdapat 699 kelompok tani yang tersebar di 10 kecamatan di Kota Tasikmalaya.

Dengan kelompok tani milenial yang hanya 83 kelompok saja. Kondisi ini tentu menjadi ancaman serius untuk ketahanan pangan.

Meski jumlah petani menyusut, namun masih ada secercah harapan untuk melahirkan petani, khususnya petani milenial, di kota seperti Tasikmalaya.

BACA JUGA:Dalam Setahun Tanpa Laporan Kejahatan, 2 Desa Di Kota Banjar Terima Penghargaan

BACA JUGA:Dengan Gelar Seabrek, Siapa Sih Sosok Dr H Kurniawan..?

Salah satunya adalah Jeje Mirwan, seorang petani muda asal Tasikmalaya. Sejak tujuh tahun lalu, jeje beralih profesi sebagai petani, pria 37 tahun ini, memilih jalur pertanian karena merasa bahwa menjadi petani adalah hal yang menyenangkan , dan memiliki potensi sebagai sektor usaha yang menjanjikan.

Di Kecamatan Mangkubumi, hanya ada empat pemuda atau dewasa yang aktif sebagai petani. Mayoritas petani di wilayah ini adalah lansia berusia di atas 70 tahun, yang bahkan jarang pergi ke sawah dan lebih memilih menjual lahan pertanian mereka.

Jeje, dengan semangat belajar yang tinggi, mengelola lahan seluas 3500 meter persegi dengan menggunakan pupuk organik secara eksklusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: