Pelajaran Berharga Tentang Risiko, Peluang dan Kebahagiaan dari Buku Same As Ever Karya Morgan Housel

Pelajaran Berharga Tentang Risiko, Peluang dan Kebahagiaan dari Buku Same As Ever Karya Morgan Housel

Pelajaran Berharga Tentang Risiko, Peluang dan Kebahagiaan dari Buku Same As Ever Karya Morgan Housel- Gambar: Ilustrasi Ima Hilmayanti --

Housel memberikan contoh dari krisis ekonomi 2008 yang dianggap sebagai yang terburuk, hingga akhirnya terpatahkan dengan munculnya pandemi COVID-19 pada 2020. Ini menunjukkan bahwa kejadian yang mengubah dunia dapat datang dan pergi.

Dalam situasi krisis, terdapat dua tipe orang: mereka yang berani mengambil risiko investasi dan mereka yang lebih hati-hati dalam investasi. Hal ini sangat bergantung pada pengalaman masa lalu.

BACA JUGA:Inilah 6 Pesan Penting Yang Bisa Kita Ambil Dari Peringatan Hari Buku Nasional

BACA JUGA:Penting..!! Inilah Sejarah Hari Buku Nasional Dan Temanya Dari Tahun Ke Tahun

Generasi yang pernH hidup pada masa krisis cenderung lebih berhati-hati dengan keuangan mereka. Mereka cenderung lebih banyak menabung, dan mengurangi utang.

Mereka yang pernah mengalami kesulitan cenderung memiliki pandangan berbeda terhadap uang dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami masa krisis.

Penting untuk diingat bahwa pandangan orang lain bisa sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka. Jika kita dapat mengontrol respons kita terhadap situasi, kita dapat bertahan dalam menghadapi berbagai peristiwa yang akan datang.

2. Apakah Masa Lalu Lebih Baik?

Mengapa banyak orang terjebak dalam nostalgia terhadap masa lalu? Jawabannya ya karena manusia cenderung terlalu banyak memikirkan masalalu.

Contoh peristiwanya adalah ketika generasi Baby Boomers menunjukkan bahwa mereka menganggap era 1940-an dan 1950-an sebagai zaman keemasan.

Pada masa tersebut, satu pencari nafkah dapat memenuhi kehidupan keluarga dengan gaya hidup kelas menengah. Namun, pada tahun 1950-an, terjadi peristiwa tidak terduga seperti tingkat kematian tinggi, dan banyak yang meninggal muda.

Jika dibandingkan dengan saat ini, meskipun tingkat pendapatan keluarga telah meningkat—dengan rata-rata gaji per jam yang 50% lebih tinggi dibandingkan 1950-an setelah disesuaikan dengan inflasi—banyak generasi tua masih terjebak dalam pandangan nostalgia.

Penyebab nostalgia atau terjebak dalam kehidupan masa lampau ini bisa jadi karena adanya kecemburuan dan keinginan untuk membandingkan diri dengan orang lain.

Kita juga sering menemukan banyak orang tua berkata membandingkan banyak aspek yang terjadi dimasa lalunya dengan yang terjadi di masa sekarang.

Kita bisa ambil contoh "pada zaman saya dulu anak perempuan itu hanya diperuntukkan fokus menjadi istri dan mengurus dapur, beda dengan zaman sekarang banyak istri yang malah sibuk bekerja diluar sehingga suami dan anak tidak terurus".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: