Meski PBB 250 % Batal naik, ini 4 Alasan Para Demonstras Tuntut Bupati Pati Sudewo Dimakzulkan

Warga bertekad gelombang protes ini akan terus bergulir sampai tuntutan utama mereka, mundurnya Bupati Sudewo dikabulkan. Sumber: Ilustrasi AI--
Kekecewaan Terhadap Gaya Kepemimpinan
Gelombang protes kian memanas ketika Bupati memilih untuk tidak menemui massa yang telah berhari-hari menggelar aksi. Keputusan itu dinilai sebagai bentuk pengabaian terhadap aspirasi masyarakat.
Lebih dari sekadar kebijakan, warga menyoroti sikap Bupati yang dianggap arogan, kurang empati, dan jauh dari prinsip kepemimpinan yang seharusnya mengayomi.
Bagi rakyat, pemimpin yang baik bukan hanya pandai membuat program, tetapi juga mau turun langsung mendengarkan keluhan.
Solidaritas Sosial yang Menguatkan Perlawanan
Aksi ini tidak lagi menjadi gerakan sekelompok orang yang terdampak pajak, melainkan berubah menjadi simbol solidaritas warga Pati lintas profesi, usia, dan latar belakang.
BACA JUGA:Kecewa Tidak Ditemui Kejari, Demo Mahasiswa Ricuh Di Kantor Kejaksaan Tasikmalaya
BACA JUGA:AKSI MAHASISWA DI GEDUNG DEWAN DIWARNAI KERICUHAN
Pedagang, petani, guru, mahasiswa, bahkan tokoh agama bersatu dalam barisan yang sama. Dukungan moral dari berbagai lapisan membuat gerakan ini sulit dihentikan, meskipun isu awal sudah selesai.
Semangat kebersamaan inilah yang membuat tuntutan politik dan sosial terus bergulir, membawa pesan bahwa masyarakat Pati ingin perubahan yang lebih mendasar.
Akhirnya, meski kenaikan PBB dibatalkan, bara protes di Pati belum padam. Di mata warga, masalah sesungguhnya adalah soal kepercayaan terhadap kepemimpinan.
Selama gaya memimpin yang dianggap arogan tidak berubah dan kebijakan kontroversial tetap berjalan, suara perlawanan akan terus bergema di setiap sudut kota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: