Disway Award

Konsekuensi Geopolitik Atas Perdagangan Internasional Indonesia

Konsekuensi Geopolitik Atas Perdagangan Internasional Indonesia

Konsekuensi Geopolitik Atas Perdagangan Internasional Indonesia--

RADARTASIKTV.ID - Indonesia sering dipuji sebagai negara kepulauan terbesar didunia, tetapi kita jarang benar – benar memahami makna strategis di balik gelar tersebut.

Terletak di antara samudra Hindia dan Pasifik, sekaligus berada di salah satu jalur perdagangan global  tersibuk, indeonesia merupakan pemain penting dalam geopolitik internasional, khususnya dalam jalur perdagangan. dimulai dari ekspor nikel hingga impor gandum yang membawa dampak yang lebih besar.

Salah satu dinamika yang paling menonjol  adalah posisinya di tengah prsaingan negara – negara besar. Kebijakan hilirisasi nikel misalnya, menjadikan indonesia bagian  penting dalam rantai pasok baterai global. Industri kendaraan listrik dunia sangat bergantung pada nikel  indonesia. Hal ini membuat Tiongkok, Uni Eropa, hingga Amerika Serikat berlomba memengaruhi arah kebijakan kita.

Ketika indonesia membatasi ekspor  bahan mentah Uni Eropa menggugat ke WTO, sementara Tiongkok justru memperdalam investasinya. Situasi ini menunjukan bahwa kebijakan ekonomi Indonesia dapat berdampak geopolitik lintas benua.

BACA JUGA:Cetak Sejarah Baru, Persikotas Sabet Juara Liga 4 Seri 1 Piala Gubernur Jawa Barat 2025

BACA JUGA:Persikotas Dapat Bonus Rp 50 Juta Dari Pemkot, Pemain Berstatus Mahasiswa Gratis UKT

Di titik inilah relevansi Teori Sea Power (Alfred T.Mahan) terlihat jelas. Mahan menyebut bahwa negara yang menguasasi laut dan jalur perdagangan akan memiliki pengaruh besar dalam politik global. Dengan perairan strategis seperti Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombokk, Indonesia memiliki posisi geografis yyang secara alamiah memberi keuntungan.

Arus perdagangan yang melewati jalur – jalur ini menjadikan Indoesia bagian penting dari stabilitas dan keamanan ekonomi dunia. Karena itu, setiap kebijiakan maritim atau peprdagangan Indonesia otomatis  punya dampak geopolitik yang tak bisa di hindari.   

Selain itu, ketergantungan Indonesia pada impor  pangan juga menciptakan kerentanan tersemndiri. Walaupun dikenal sebagai  negara agraris, Indonesia masih harus mengimpor gandum, gula, dan kedelai dalam jumlah besar. Ketika perang Rusia – Ukraina mengganggu pasokan gandum global, harga pangan dalam negeri pun melonjak.

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa gejolak geopolitik dunia dapat langsung menyentuh kehidupan sehari – hari masyarakat Indonesia, bahkan mempengaruhi harga roti dan tahu di pasar lokal.

BACA JUGA:Punya Potensi Besar, Anak Disabilitas Belajar Masak Ala Restoran Hotel Berbintang

BACA JUGA:Golkar Kota Tasik Incar 9 Kursi DPRD Pada Pemilu 2029, Bergerak Lebih Awal Lewat DIKPOL Angkatan II 2025

Di sisi lain, dinamika perdagangan internasional menuntut Indonesia utuk menjalanjkan diplomasi yang lebih luwes dan berhati – hati. Kita membutuhkan investasi Tiongkok  untuk pembangunan industri dan infrastruktur, namun pada saat  yang sama ingin menjaga hubungan yang baik dengan negara – negara Barat demi akses teknologi, keamanan, dan pasar global.

Kondisi ini  menempatkan Indonesia sebagai penyeimbang  yang harus  cermat menjaga jarak dengan setiap  blok kekuatan. Jika keseimbangan ini terganggu  risikonya mencakup tekanan politik, berkurangnya investasi, sampai ketidakstabilan regional.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait